PENGERING GABAH

Tanggal 3 April tahun lalu Pak Jokowi datang ke Sragen, dan berjanji setelah April 2019 akan mengupayakan agar semua penggilingan padi (huller), dilengkapi dengan pengering gabah (dryer). Tetapi sampai sekarang realisasinya belum ada. (Noto, Sragen).

Sdr. Noto, janji presiden itu, mestinya direalisasikan oleh para menteri, gubernur dan bupati. Hingga Anda mestinya mengingatkan Dinas Pertanian Kabupaten Sragen, agar bisa menagih realisasi janji presiden ini, ke bupati, gubernur, atau menteri. Tetapi upaya itu juga belum tentu berhasil. Padahal dryer mestinya bisa dibuat oleh para petani secara berkelompok, melalui Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), untuk digunakan secara kolektif. Jangan gunakan sumber energi listrik atau minyak bumi, sebab itu akan makan banyak biaya. Gunakan sumber energi murah yang tersedia di sekitar Anda.

Sumber energi itu bisa berupa sekam limbah penggilingan padi, jerami; janggel (tongkol), kulit, dan batang jagung; serbuk gergaji; serutan kayu; serasah; atau kayu bakar. Bahkan sebenarnya sampah pun bisa menjadi sumber energi dryer, asal sudah kering. Pemanfaatan sampah, terutama sampah plastik untuk energi dryer, sekaligus juga akan mengurangi pencemaran lingkungan. Penggunaan sumber energi lokal, juga akan menggerakkan perekonomian rakyat, karena yang terlibat mengumpulkannya bisa banyak. Biaya energi itu bukan untuk membayar listrik atau solar; melainkan dibagikan ke para pemasok sekam, jerami, serbuk gergaji dan lain-lain tadi.

Dryer berbahan bakar limbah pertanian ini, hanya berupa bangunan berdinding batako atau batu bata, atap asbes berplafon, lantai peluran semen, pintu geser dari bahan apa pun, dilengkapi dengan blower untuk meratakan panas dan menyedot uap air. Tungku sebagai sumber energi dryer berada di luar bangunan. Panas dari tungku dimasukkan ke dalam tabung seng, yang ditempelkan memutar di dinding, ke arah atas, dan berakhir di cerobong asap. Jadi asap dari tungku tidak masuk ke dalam ruang dryer, hanya panas yang disalurkan lewat cerobong seng itu, yang akan memanaskan ruang dryer. Waktu pengeringan untuk memperoleh kadar air gabah 14% bergantung dari panas ruangan dryer.

Ukuran panjang, lebar dan tinggi rak disesuaikan dengan volume ruangan. Kerangka rak idealnya dari kayu. Meskipun dari baja ringan lebih murah, resikonya kerangka itu akan jadi panas hingga menyulitkan saat memasukkan dan mengeluarkan. Tempat gabah idealnya dari anyaman bambu, menjamin sirkulasi udara ke atas dan ke bawah. Dalam satu rak bisa dipasang tempat gabah yang bisa ditarik keluar dan dimasukkan ke dalam kerangka rak. Jumlah tempat gabah disesuaikan dengan tinggi rak. Jarak antar tempat gabah disesuaikan dengan tinggi rak.
Pintu geser bertujuan memudahkan rak berisi gabah digeser masuk dan keluar.

Rak itu diberi roda yang dipasang di rel, atau tanpa rel. Diperlukan dua rak, agar ketika rak pertama berisi gabah yang akan dikeringkan berada dalam ruang dryer, rak kedua berada di luar, gabah kering diambil, dan diisi dengan gabah yang baru dipanen. Presiden mengusulkan agar dryer berada di penggilingan padi. Tetapi lebih ideal kalau dryer dimiliki dan dioperasikan secara kolektif melalui Gapoktan, menjadi unit dengan silo. Selama ini Indonesia menyimpan beras. Padahal idealnya yang disimpan gabah kering dalam silo, penggilingan secara bertahap sesuai dengan permintaan pasar.

Panen padi rendeng, memang akan selalu terjadi pada puncak musim penghujan. Di Pantura Jawa, padi ditanam pada bulan Oktober atau November, dan akan dipanen pada Februari atau Maret, bertepatan dengan puncak musim penghujan. Karenanya secara rutin harga gabah jatuh pada saat panen raya, karena petani tak bisa menjaga agar kandungan air gabah maksimal 14% sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-0224-1987. SNI Gabah, sebenarnya bertujuan untuk melindungi petani, agar pada saat musim raya harga tidak jatuh. Tengkulak memang akan membeli gabah berkadar air di atas 14% dengan harga di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP).

Gabah dengan kadar air di atas 14%, apabila digiling paksa, akan menghasilkan rendemen menir lebih banyak. Aturan main penggilingan selama ini, pemilik gabah akan membayar per kilogram jasa peggilingan, dengan catatan katul dan menir menjadi hak pemilik penggilingan. Ketika naiknya persentase menir karena kadar air tinggi, volume beras yang digilingkan akan turun, hingga tengkulak gabah rugi. Kerugian tengkulan inilah yang dibebankan ke petani. Apabila petani melalui Gapoktan punya dryer, tak ada alasan tengkulak membeli gabah petani dengan harga di bawah HPP.

Artikel pernah dimuat di Kontan Pagi
Foto F. Rahardi

Leave a comment