MANGGA INDONESIA DISALIP CHINA

Tahun 1970, Indonesia berada di peringkat enam penghasil mangga dunia. China (Republik Rakyat Tiongkok, RRT); berada di peringkat delapan. India, tempat asal-usul buah mangga, Mangifera indica, sudah menjadi penghasil mangga utama dunia.

Inilah 10 besar penghasil mangga dunia tahun 1970 menurut FAO dalam ton: India 7.100.000; Brasil 751.978; Pakistan 496.848; Thailand 450.000; Bangladesh 399.572; Indonesia 335.000; Meksiko 307.615; China 201.091; Mesir 51.000; Malawi 20.000. Sepuluh tahun kemudian, tahun 1980 peta 10 besar penghasil mangga dunia berubah: India 8.363.300; Thailand 650.000; Meksiko 638.006; Brasil 618.671; Pakistan 550.226; Indonesia 325.225; China 281.989; Bangladesh 206.945; Mesir 98.491; Malawi 26.500. Indonesia tetap peringkat enam, China bergeser naik ke peringkat tujuh. India masih berada di peringkat pertama.

Tahun 1990 peta 10 besar penghasil mangga dunia berubah lagi: India 8.645.405; Meksiko 1.074.434; China 912.531; Thailand 900.000; Pakistan 766.048; Brasil 545.156; Indonesia 508.889; Bangladesh 175.415; Mesir 144.451; Malawi 27.726. Indonesia turun ke peringkat tujuh, China naik ke peringkat tiga. Yang tergeser bukan hanya Indonesia, tetapi juga Thailand, Pakistan, dan Brasil. Tahun 2000, mangga China semakin kokoh naik ke peringkat dua: India 10.503.500; China 3.210.692; Thailand 2.550.595; Pakistan 1.845.528; Meksiko 1.632.649; Indonesia 1.031.048; Brasil 538.301; Mesir 298.880; Bangladesh 187.000; Malawi 37.000.

Pada tahun 2000 itu, posisi Indonesia kembali ke peringkat enam. Tahun 2010, peta mangga dunia berubah lagi: India 15.026.700; China 4.268.599; Thailand 2.550.595; Pakistan 1.845.528; Meksiko 1.632.649; Indonesia 1.576.376; Brasil 1.189.651; Bangladesh 842.312; Mesir 505.74; Malawi 150.258. Indonesia masih berada di peringkat enam dunia, meskipun produksi sudah di atas satu juta ton. Tahun 2017, data mutakhir FAO berubah lagi: India 19.506.000; China 4.941.830; Thailand 3.824.279; Indonesia 2.566.046; Meksiko 1.958.491; Pakistan 1.685.304; Brasil 1.547.606; Bangladesh 1.517.691; Mesir 1.351.316; Malawi 1.323.680. Indonesia naik ke peringkat empat, menggeser Meksiko dan Pakistan.

Belajar dari Thailand

Hanya dalam tiga dekade, China bisa naik dari peringkat delapan ke peringkat dua penghasil mangga dunia. Ada beberapa faktor yang menyebabkan China bisa maju pesat dalam budidaya mangga. Pertama, rakyat China senang makan buah tropis, terutama pisang dan mangga. Pada dekade 1990 dan 2000; kesejahteraan masyarakat China naik tajam. Kebutuhan buah tropis termasuk mangga, juga ikut naik. Pada dekade sebelumnya, China mengimpor mangga dari Thailand dan Filipina. Tanpa menanam mangga sendiri dan hanya mengandalkan impor, mangga di pasar dunia tak akan cukup memenuhi kebutuhan China.

Maka sejak dekade 1990, China mencanangkan program penanaman mangga. Para petani dan ahli mangga China belajar ke petani dan ahli mangga Thailand. Kebetulan, mereka juga sudah punya mangga unggulan yang diintroduksi dari Thailand. Mangga unggulan China ini bernama gading (ivory), dan sudah dibawa masuk dari Thailand ke Yunnan pada tahun 1914. Mangga gading China ini sama persis dengan mangga golek kita. Kulit hijau kekuningan, dengan gradasi merah di bagian pangkal, bentuk memanjang, bobot bisa sampai 0,5 kilogram per buah, rasa daging buah manis masam, hampir tak berserat.

Di Thailand sendiri, ivory kalah pamor dari nam dok mai yang dikonsumsi masak; dan khaio sawoei yang dikonsumsi saat masih hijau. Di Thailand, ivory juga lebih banyak dikonsumsi saat masih hijau, dengan daging buah renyah, dan justru lebih manis dibanding setelah masak. Popularitas ivory kalah dari khaio sawoei apabila dipasarkan berupa buah utuh. Ketika sudah dikupas, dipotong dan dikemas, konsumen sulit membedakan ivory dengan khaio sawoei. Lain dengan di Thailand, di China ivory dibudidayakan untuk dikonsumsi masak, terutama untuk industri jus mangga.

Solusi untuk Indonesia

Salah satu kelemahan mangga Indonesia, karena belum dibudidayakan dalam skala komersial sebagai kebun buah. Kebun mangga Indonesia masih dalam skala di bawah 1000 hektare, dan jumlahnya baru sebatas puluhan kebun, belum sampai ratusan. Karenanya, buah mangga yang selama September, Oktober dan November ini dominan di pasaran, sebenarnya berasal dari pohon mangga yang tumbuh di halaman rumah dan kebun rakyat skala mikro. Mangga ini dibeli oleh tengkulak (pedagang pengumpul), untuk diangkut dan dipasarkan ke kota-kota besar. Tengkulak akan memanen habis buah mangga dari satu pohon, apabila satu dua buah sudah mulai masak.

Karenanya solusi untuk meningkatkan produksi mangga Indonesia, hanya dengan perluasan areal tanam oleh investor besar. Lokasinya di Jawa Timur, Utara Bali, Lombok, Sumbawa, dan seluruh NTT. Sebab mangga menghendaki agroklimat kering dan panas. China berhasil memosisikan diri sebagai penghasil mangga peringkat dua dunia, antara lain juga karena punya kawasan dengan agroklimat cocok di bagian selatan; terutama di provinsi Yunnan, Guangxi, Hainan, Guangdong dan Fujian. Selain Jawa Timur; NTT merupakan provinsi yang paling cocok untuk pengembangan mangga, juga buah-buah tropis bahkan sub tropis.

Tahun 2012, Kebun Percobaan (KP) Cukur Gondang, Kecamatan Grati, Kab. Pasuruan, Jatim, telah meluncurkan mangga garifta merah, hasil pemuliaan mangga haden dari AS. Indonesia, mestinya tak terlalu bernafsu untuk mengembangkan mangga berkulit merah, sebab hasilnya tidak akan optimum. Cukuplah kita berkonsentrasi ke mangga hijau: gadung, harumnanis, manalagi besar, manalagi kecil. Dulu, dekade 1990 Kementerian Perdagangan mengeluh Eropa menolak mangga kita karena warna hijau. Hijau mereka anggap masih mentah. Itu tidak benar sebab mereka juga punya apel dan anggur hijau. # # #

Artikel pernah dimuat di Tabloid Kontan
Foto F. Rahardi

Leave a comment